Saturday, March 17, 2012

Marah???...apa bahananya kepada orang lain...fikir2 lah...




Sabda Nabi pada hadis yang lain: “Jauhilah kemarahan, kerana ia adalah bara api yang bernyala-nyala dalam hati anak Adam”. Cuba kita lihat bagaimana jika seseorang dalam keadaan marah. Kedua-dua matanya merah dan urat lehernya akan kelihatan timbul. Rasulullah pernah menerangkan: “Bahawa kemarahan itu dari syaitan. Dan sesungguhnya syaitan itu dijadikan dari api. Api hanya dapat dipadam dengan air. Apabila marah oleh seseorang kamu maka hendaklah ia berwudhuk”.

Abu Dzar al-Ghifari berkata: Rasulullah pernah berkata kepada kami: ”Apabila marah seorang kamu yang sedang berdiri maka hendaklah ia duduk supaya hilang kemarahannya. Kalau masih belum juga hilang maka hendaklah ia berbaring”.

Siapa yang menahan marah, padahal ia boleh melepaskan kemarahannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)

Rasulullah saw. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa),dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR.Bukhari)

Sabdanya pula, "Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor." (HR. Turmudzi)

Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah saw. bersabda, "Apakah tiada lebih baik saya memberitahu tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?" Para sahabat menjawab, "Baik, ya Rasulullah.

Rasulullah saw bersabda, "Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau." (HR. Thabrani)


Sabdanya juga, "Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya.


Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk)." (HR. Abu Dawud)

p/s: jangan marah sesuka hati..kerana diri sendiri yg tak akan tenang nanti...buat kalo x percaya gak....

Wednesday, March 3, 2010

KEUTAMAAN AKHLAQ

AlDakwah.org --- Akhlak adalah budi pekerti atau kelakuan, ada yang baik dan ada yang tidak. Islam sangat menjunjung akhlak yang mulia dan banyak disebutkan dalam Al-Qur'an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Banyak sekali dalil yang berhubungan dengan keutamaan akhlak yang mulia, di antaranya:

1. Akhlak karimah merupakan suatu amalan yang memiliki bobot timbangan kebajikan yang sangat berat di hari kiamat kelak, sebagaimana hadits Nabi SAW:

Dari Abu Darda` dari Nabi SAW bersabda "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (kebajikan pada hari Kiamat) dari amalan husnul khuluq (akhlak yang baik). (H.R. Abu Daud 4799 dan Tirmizi 2002-Hadits hasan shahih).



Sebagaimana kita ketahui bahwa hidup di dunia hanya sebentar, karena itu untuk mensiasati umur yang pendek ini sehingga kita memiliki bobot timbangan kebajikan yang sangat berat di hari Kiamat kelak, maka kita harus berusaha seoptimal mungkin untuk mewujudkan akhlak karimah ini ke dalam diri kita.

2. Dan amalan ini pula yang terhitung paling banyak memasukkan manusia ke Surga. Dalam suatu hadits:

Dari abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang (amalan apa) yang banyak memasukkan manusia ke dalam Surga, maka beliau menjawab : "Takwa kepada Allah dan husnul khuluq (berprilaku baik), dan beliau juga ditanya mengenai (hal apa) yang banyak memasukkan manusia ke dalam Neraka, maka beliau menjawab "Mulut dan kemaluan". (H.R. At-Tirmidzi 2004 dan Ibnu Majah 4246 dan Tirmidzi mengatakan hadits hasan gharib).

Urgensi Akhlak dalam Islam

Islam menempatkan akhlak dalam posisi yang sangat signifikan yang harus dipegang teguh para pemeluknya, sampai-sampai perilaku yang baik (akhlak karimah) menjadi tolak ukur bagi kualitas kebaikan seseorang. Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat yang bernama An-Nawwas r.a. :

Dari Anwwas bin Sim`an Al-Anshari berkata; Saya bertanya kepda Rasulullah SAW mengenai (apa itu) kebajikan dan dosa, maka beliau menjawab : "Al Bir (kebajikan (itu adalah) husnul khuluq (perilaku yang baik) dan dosa (itu adalah) setiap yang meragukan dalam hatimu dan kamu benci (apabila) orang lain mengetahuinya.(HR: Muslim 2553. Tirmidzi 2389 dan Ad-Darimi 2789).

Seorang tidak dikatakan cinta kepada kebaikan sebelum ia mewarnai dirinya dengan perilaku yang baik, karena husnul khuluq -sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadits diatas- merupakan cerminan lahiriah yang harus melekat dari seseorang yang mengaku cinta kepada kebajikan.

Bahkan, perilaku yang baik (husnul khuluq) ini merupakan barometer (ukuran) dari keimanan seseorang. Dengan kata lain keimanan seseorang dapat dinilai dari kualitas akhlak yang bersangkutan. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bersabda Rasulullah SAW : "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik (interaksinya) akhlaknya terhadap wanita (istri)nya." (HR:Tirmidzi 1162 dan Ahmad 7396).

Artinya keimanan seseorang belum bisa dikatakan tepat, sempurna dan sampai kepada sasaran apabila yang bersangkutan belum mewarnai dirinya dengan perilaku-perilaku yang baik (akhlaqul karimah). Dan konsistensi akhlak seseorang dapat dilihat dalam interaksinya di tengah-tengah keluarganya, karena bisa jadi ia dipandang baik oleh masyarakat sekitarnya, tetapi ia arogan terhadap anak dan istri (keluarga)nya.

Ajaran Islam dalam seluruh aspeknya selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Karena memang misi asasi dari diutusnya Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia dengan ajarannya yaitu Islam, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bersabda Rasulullah SAW :
"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia".(Ahmad 8938).

Wednesday, May 20, 2009

kawan atau shbt???

aPe SalaH aku Shbat...


emm..hari2 terakhir kat Ukm ni mmg seram sejuk sayu jer rasanyer...sorang sorang balik meninggalkan Ukm..trasa mcm orang saket disisihkan oleh kekasih hati,,sebanya tesis aku x lulus lagi..risau tambah sedey..mmg fobia rasanya hari2 menunggu mcm ni...3tahun aku kat UkM,3tahun gak aku kat kolej terminat dek semua Org yakni Kolej DaTo Onn... xtau rr knp aku stay kat kolej ni jer...kawan,teman,shbat,saen,gu,prend semua aku layan jer kadang2 trasa gak mcm idup sorg2...tapi x per rrr semua da berlalu pergi..saki baki yg ada ni ku mintak ngn kwan2 yg ada aku nk RASA sikit jer rasa bhagia idup berkawan....aku mmg pasrah habis rr ngn hidup di Ukm ni semua saket hati jer.....syukur gak akhirnya habis sempoi jer balik nati semua setke kat ukm...

mmg sayang semua kawan2 yg ada ni..aper bleh bt da habis kat UkM ni..xkan nk xtend plak ramai2..hahaha mcm bangang jer la kalo xtend..emmmm hah stresssss...

Monday, May 4, 2009

menjadi diriku

Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Kerana diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya

Dan wajahku memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya

Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku.......

Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Ku pun tak sempurna

Tetap ku bangga
Atas apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugerah hidup yang ku miliki

Wednesday, April 8, 2009

5 Syarat Nak Buat Maksiat

Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, "Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat." Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, "Jika kamu mahu menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka boleh kamu melakukan maksiat." Lelaki itu dengan tidak sabar-sabar bertanya. "Apakah syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?"

Ibrahim bin Adham berkata, "Syarat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezekinya." Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata, "Dari mana aku mahu makan? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah? "Ya!" tegas Ibrahim bin Adham. "Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar larangan-Nya?"

"Yang kedua," kata Ibrahim, "kalau mahu bermaksiat, jangan tinggal di bumi-Nya! Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati. Ibrahim kembali berkata kepadanya, "Wahai Abdullah, fikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezeki- Nya dan tinggal di bumi-Nya, sedangkan kamu melanggar segala larangan-Nya?"

"Ya! Anda benar." kata lelaki itu. Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga. Ibrahim menjawab, "Kalau kamu masih mahu bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat oleh-Nya!" Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, "Wahai Ibrahim, ini nasihat macam mana? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?" "Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?" kata Ibrahim. Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat.
Ibrahim melanjutkan, "Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya, 'Ketepikan kematianku dulu. Aku masih mahu bertaubat dan melakukan amal soleh'." Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersedar, "Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?"

"Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahawa kamu tidak boleh menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau boleh lari dari kemurkaan Allah?"

"Baiklah, apa syarat yang kelima?" Ibrahim pun menjawab, "Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya."

Perkataan tersebut membuat lelaki itu insaf. Dia berkata, "Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya." Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran. "Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah." katanya sambil terisak- isak.